Keterangan:::

Minggu, 08 Mei 2011

TIPS: Tiga Kesalahan Penyebab Radiator Cepat Rusak

TIPS: Tiga Kesalahan Penyebab Radiator Cepat Rusak

Jangan terlalu sering membuka radiator
JAKARTA, 05 Mei 2011 - Satu di antara komponen mobil yang cukup penting, namun kerap terlupakan adalah radiator. Para pemilik mobil umumnya percaya bahwa dengan rutin mengganti cairan radiator secara teratur dan dengan cairan merek terkenal tak akan ada lagi persoalan.
“Padahal, itu saja tidak cukup. Beberapa perlakuan atau perawatan yang tidak benar akan memicu terjadinya masalah,” papar Sunarwan, spesialis radiator Abadi, Cikokol, Tangerang, Kamis, 5 Mei 2011.
Kerusakan, seperti sel-sel yang berkarat dan menyebabkan tersumbatnya sirkulasi cairan serta kebocoran adalah beberapa kerusakan yang kerap terjadi. Walhasil, peranti itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan mesin pun mengalami panas berlebih atau overheating dan rusak.
Lantas perlakuan salah seperti apa yang menjadi pemicu kerusakan radiator? Berikut penjelasan Sunarwan.
1. Sering membuka tutup radiator
Hal ini memang terdengar sepele atau main-main. Namun, sejatinya, sering membuka tutup radiator–saat ingin menambah atau mengetahui kondisi cairan radiator–merupakan cara yang tidak benar.
Terlalu sering membuka tutup radiator akan memperbesar peluang tutup radiator rusak. Pasalnya, pada tutup radiator terdapat dua katup, yaitu katup tekan dan katup vakum. Keduanya berperan penting dalam menjaga temperatur mesin dengan mempertahankan volume air pada sistem pendingin mesin.
Kedua katup tersebut bergantian mengeluarkan dan mengisap air dari tabung cadangan cairan ke radiator dan sebaliknya. Bila katup rusak, maka mekanisme sedot dan kiriman air dari tabung ke radiator tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.
Akibatnya, radiator kekurangan air dan rusak. Mesin pun mengalami panas berlebihan atau overheating.
Buka tutup radiator itu disarankan hanya dilakukan saat mengganti cairan yaitu jika mobil telah digunakan untuk menempuh perjalanan 40-50 kilometer. Bila mobil jarang dipakai, penggantian harus dilakukan bila telah satu tahun.
2. Tidak tepat saat menguras cairan
Menguras cairan radiator terlihat sangat gampang. Tinggal membuka tutup pembuangan di bagian bawah peranti itu dan membuka tutup pengisian, cairan di dalam radiator pun mengalir deras.
“Tetapi itu tidak cukup. Karena sebagus apa pun kualitas cairan dan mereknya terkenal, tidak ada jaminan di dalam radiator tidak menimbulkan zat sisa yang mirip lumpur,” kata Sunarwan.
Zat sisa itulah yang harus dibersihkan. Caranya, dengan menyemprotkan udara bertekanan tinggi — namun jangan terlalu tinggi — ke lubang radiator. Setelah itu, bilaslah dengan mengalirkan air dari selang dengan debit yang cukup besar ke lubang tersebut.
Selain menyumbat saluran air radiator, keberadaan zat sisa yang timbul karena proses reaksi kimia antara logam radiator, cairan, udara, dan suhu yang berubah-ubah, itu juga berpotensi menyebabkan karat di radiator. Akibatnya, radiator bocor.
“Bila terjadi kebocoran, maka cairan akan terus berkurang. Kekurangan cairan berarti radiator tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya dan mesin pun overheating,” terang Sunarwan.
3. Menggunakan sembarang cairan
Penggunaan sembarang cairan, khususnya air biasa yang mengandung unsur garam, kapur, atau merkuri yang cukup tinggi akan menyebabkan kerusakan pada radiator. Oleh karena itu, bila ingin mengisi radiator dengan air biasa pastikan air tersebut memiliki tingkat keasaman yang sesuai rekomendasi pabrikan.
Selain itu, pastikan tingkat kandungan garamnya serta tidak mengandung merkuri. Bila Anda merasa ragu, gunakan air mineral.
Kehati-hatian juga harus Anda terapkan pada saat menggunakan cairan khusus radiator yang diproduksi pabrikan. Pastikan cairan tersebut sesuai dengan karakter radiator mobil Anda dan sesuai dengan karakter suhu yang ada di tanah air.
Ingat, merek yang terkenal belum tentu menjadi jaminan bahwa cairan tersebut cocok untuk radiator mobil Anda.
Penggantian cairan radiator tersebut sangat disarankan setiap mobil telah digunakan untuk menempuh perjalanan 40-50 ribu kilometer. Bila mobil jarang digunakan, gunakan patokan waktu maksimal satu tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar